Baca teks berikut ini dengan cermat!

(Sumber gambar: flickr.com)
Di kawasan Cagar Alam Pringamba 2 di desa penawaren, Banjarnegara, ditemukan buah petai berukuran raksasa. Buah petai raksasa tersebut sebenarnya adalah buah yang bernama entada, dan bernama latin entada rheedi. Masyarakat setempat menyebutnya sebagai petai raksasa karena ukuran panjangnya lima kali lipat dari buah petai normal. Buah entada dan buah petai termasuk ke dalam satu suku Fabaceae. Suku Fabacea adalah salah satu suku tumbuhan dikotil yang memiliki buah berupa polong.
Pohon entada tergolong sebagai jenis tumbuhan habitus liana. Habitus liana adalah tumbuhan yang hidup dengan merambat atau menggantung, dan memerlukan kaitan atau objek lain untuk bersaing mendapatkan cahaya matahari. Pohon entada biasanya merambat di pohon besar dan bisa mencapai ketinggian hingga 12 meter.
Panjang buah entada berukuran lima kali lipat dari buah petai normal. Ukuran buah entada yang ditemukan di Banjarnegara adalah 1,2 meter. Kulit luar buah entada mirip seperti jengkol, dengan daging buah yang berwarna putih. Sedangkan untuk berat buahnya bisa mencapai 4 kg
Buah entada tidak boleh dimakan. Meskipun mirip dengan petai, namun entada memiliki rasa berbeda. Buah entada memiliki rasa pahit dan getir. Belum ada penelitian yang menyatakan bahwa buah ini aman untuk dikonsumsi.
Banyak referensi jurnal ilmiah yang menyebutkan tentang manfaat buah entada. Sejak dulu, entada telah digunakan untuk pengobatan tradisional di Afrika. Bahkan tanaman ini dipakai sebagai bahan salep untuk bisul, sakit gigi, penyakit kuning, dan mengobati otot bermasalah. Dalam sebuah riset mengatakan entada digunakan dalam pengobatan tradisional untuk menyembuhkan sakit perut dan sebagai antimikroba.
(Dikutip dari berbagai sumber, dengan penyesuaian)
Judul yang tepat untuk teks laporan di atas adalah ....